Only Share What's In My Mind

Senin, 04 Juni 2012

FF//Hawkeye//#1


Author : Farhanna Nurul Azzahra a.k.a Jung Raehoon
Cast : *Lee Sungmin
            *Park Minmi
            *Lee Donghae
            *Cho Kyuhyun
            *Jung Raehoon
            *Lee Hyukjae
            *Park Jungsoo
Genre : Action, Romance
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
=Author POV=
            PLAK!
            “Beritahu kami dimana gudang heroin itu!”bentak seorang namja.
            Yeoja yang tengah terduduk di kursi dengan tangan terikat itu hanya terdiam. Pipinya memerah bekas tamparan namja tadi. Dia masih menutup mulutnya, tidak berbicara sedikitpun.
            “Ya! Kamu bisa bicara tidak?!”tanya namja itu.
            “Lebih baik aku mati daripada memberi tahu dimana letak gudang itu, kepada sekumpulan orang tolol yang hanya mengandalkan senjata. Kalian nggak ada apa-apanya.”jawab yeoja itu santai.
            “Apa kau bilang?! Kamu berani menantangku, hah?! Belum pernah merasakan peluru caliber, hah?! Minyoung, berikan yeoja itu caliber!”suruh si namja sambil menunjuk salah seorang namja yang dipanggilnya Minyoung.
            Minyoung tersenyum sinis sambil berjalan mendekati yeoja yang tengah disandera itu. Dia menodongkan pistolnya kekepala yeoja tersebut. Anehnya, yeoja itu masih kelihatan santai.
            “Ya, kamu nggak takut sama ini?!”tanya Minyoung.
            “Cih, aku bahkan pernah mendapatkan yang lebih buruk dari itu.”jawab yeoja itu santai.
            Dia lalu tersenyum, dan tanpa diduga dia melompat, mengangkat kursi dengan tangannya yang bebas, lalu memukul kepala Minyoung. Minyoung jatuh lalu pistolnya terlempar. Dengan sekali gerakan yeoja itu mengambil caliber yang tergeletak dilantai, lalu menodongkannya kearah namja yang tadi menamparnya.
            “Ya! Suruh yeoja itu berhenti!”teriak namja itu.
            Seluruh anak buahnya bergetar ketakutan. Mereka terpaksa melawan yeoja itu, tapi mereka semua berhasil dilumpuhkan.
            Namja itu terbelalak. “K..kau.. bagaimana bisa?”
            Yeoja itu mendelik. “Kau mungkin baru kenal aku sekarang, pak tua. Namaku Park Minmi, dan aku sengaja kemari untuk mengangkapmu.”
            Minmi menembak pergelangan kaki namja tersebut, lalu dia jatuh tersungkur seketika.
            “Nah, sekarang sudah beres. Tinggal memanggil beberapa orang kesini.”Minmi lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
            “Yeoboseyo? Raehooon~sshi? Bisa kirim bantuan kesini? Ne, si pengedar heroin itu sudah kulumpuhkan. Jangan lama-lama, aku mau cepet-cepet pulang.”Minmi lalu memutuskan telepon dan melihat ‘korbannya’.
            “Hati-hati kalau berurusan sama Park Minmi, urusannya bisa panjang.”

=Minmi POV=
            “Kerja bagus, cinguu.. chukkae!”Raehoon datang sambil tersenyum. Dia keluar dari mobilnya lalu menepuk pundakku.
            “Biasa deh, aku sering menangkap yang kayak gini. Lebih berbahaya dari ini malah.”kataku sambil tersenyum kecut.
            “Ya, aku memujimu! Oke, kau memang Park ‘mata-mata paling hebat’ Minmi. Wow.”Raehoon cemberut. Aku tertawa melihat sikapnya yang masih kekanak-kanakan. Padahal, dia juga berada di dalam divisi penting di kepolisian. Tepatnya, divisi investigasi. Keren.
            “Mianhae, aku cuman bercanda, koook…”kataku sambil merangkulnya.
            “Ya sudah, kamu mau pulang sekarang? Minta Kyu anterin kamu aja. Sekarang sudah malam, dan bukan waktu yang baik untuk seorang gadis muda pulang sendirian. Lagipula, apartemenmu kan jauh.”kata Raehoon.
            “Ne, mana dia?”tanyaku, sambil memakai jaket untuk menghangatkan tubuhku.
            “Itu dia.”jawab Raehoon sambil menunjuk seseorang dibelakangku. Aku berbalik kebelakang dan mendapati Kyu yang sepertinya baru saja datang.
            “Apa?”tanya Kyu yang sepertinya kebingungan.
            “Mau kan nganter aku pulang?”tanyaku tanpa basa-basi.
            “Ah, ne, boleh. Kebetulan aku searah sama apartemen kamu.”jawab Kyu, sambil melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.
            “Bagus, kalau gitu, kajja!”ajakku.
            “Oh iya, Minmi, besok kamu jangan datang terlambat ke kantor, ne? Pak Kepala ingin membicarakan sesuatu kepadamu. Katanya sih kamu mau dikasih ‘misi khusus’. Itu juga aku tau dari Kyu.”kata Raehoon.
            “Ne, besok kamu nggak boleh datang terlambat.”kata Kyuhyun.
            “Misi? Misi apa?”tanyaku.
            “Sudahlah, besok juga kamu akan tau. Oh iya, dan sepertinya di misimu yang satu ini kamuakan bekerja sama dengan agen yang lain.”jawab Kyu. “Kajja, katanya mau pulang!”Kyu lalu menarik tanganku dan membawaku ke mobilnya.
*
            Meskipun sekarang aku sudah berada diatas kasurku, bersiap untuk tidur, aku masih terbayang-bayang pesan Raehoon tadi. Misi khusus? Misi macam apa? Setahuku Pak Kepala tidak pernah seserius ini. Dan aku akan bekerja sama dengan agen yang lain? Siapa?
            Ah, sudahlah Park Minmi. Kamu harus bisa menangkan dirimu. Pergilah tidur dan kamu harus sudah siap untuk besok!

=Sungmin POV=
            Yeoboseyo? Sungmin hyung?”tanya orang dari seberang.
            “Yeoboseyo, ne ada apa Hae?”aku balik bertanya sambil terus menyetir.
            Pak Kepala ingin berbicara denganmu.”kata Hae.
            “Pak Kepala? Tidak biasanya. Oke, dimana dia?”tanyaku.
            Ini, sebentar kualihkan ya.”lalu terdengar suara ponsel yang dipindahkan, dan sekarang terdengar suara Pak Kepala yang berat.
            Yeoboseyo, Sungmin-ah. Sedang sibuk?
            “Anni, ada apa?”tanyaku, lalu memarkir mobilku ke tepi jalan. Aku yakin, kalau Pak Kepala ingin berbicara kepadaku, percakapan ini bakal panjang.
            Aku punya satu misi khusus untukmu, mungkin kamu akan menyukainya.
            “Misi?”ulangku.
            Ne, ini bersangkutan dengan kasus kematian… um… yeojachingumu lima tahun yang lalu.
            Aku terdiam. “Baiklah, seperti apa misinya?”
            Baru-baru ini, di daerah sekitar Busan terjadi pembunuhan berantai. Polisi local melapor kepada kantor pusat dan mengirimkan beberapa petunjuk dan barang bukti kepada kami. Kami melakukan riset, penelitian, dan menarik kesimpulan bahwa pelaku pembunuhan berantai ini sama dengan pelaku pembunuhan berantai di Seoul lima tahun silam. Kupikir kamu mau untuk menyelidikinya dan memecahkan kasus ini.”jawab Pak Kepala.
            Aku menarik napas panjang. “Aku mengerti. Aku mau.”jawabku.
            Baikalah, tapi di misi kali ini kamu nggak akan sendirian. Akan ada seorang agen kesayanganku juga, mungkin kamu belum pernah bertemu dengannya, yang akan menjadi rekanmu. Nggak masalah kan?
            “Rekan?”ulangku. “Dia yeoja atau namja?”
            Dia yeoja yang tangguh, kuat dan hebat. Dia keren, sebaiknya kamu senang bekerja sama dengannya.”jawab Pak Kepala, dari nadanya kudengar dia sedikit tertawa.
            “Aigoo… Baiklah Pak Kepala, aku akan ke kantor besok.”kataku pasrah.
            Bagus. Sudah ya, ini sudah malam. Sebaiknya kamu cepat pulang. Oh iya, jangan mengemudi terlalu ngebut, nanti kamu celaka.”
            “Darimana.. Kau tau kalau aku tadi sedang menyetir?”tanyaku heran.
            Oh, itu gampang. Aku selalu tau. Sudah ya.”lalu sambungan telepon diputus. Aku menatap layar ponselku dengan heran lalu geleng-geleng kepala. Pak Kepala memang sedikit aneh.
            Sudahlah, aku melanjutkan perjalananku.

=Minmi POV=
            Aku datang ke kantor pusat lebih pagi dari semua orang, jam tujuh pagi. Nggak biasanya sih aku bangun jam lima pagi, mungkin karena otakku sudah men-setnya agar bangun pagi. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan disaat kantor masih sepi. Kuyakin, Pak Kepala Jungsoo belum datang. Aku malah berani bertaruh kalau aku adalah satu-satunya orang yang datang ‘kepagian’.
            Aku mendengar suara langkah kaki dari belakang. Aku mulai mempertajam pendengaranku dan mencoba menebak langkah kaki siapa ini. Langkah ini santai namun tegas. Aku dapat mendengar hembusan napas si pemilik langkah kaki tersebut yang beraturan.
            Aku memberanikan diri untuk menoleh kebelakang, melihat siapa yang datang. Satu detik.. Dua detik… Aku melihat sesosok namja yang lumayan pendek, rambutnya cepak dan tangannya berisi. Sepertinya dia rajin gym atau semacamnya. Siapa dia? Aku belum pernah bertemu dengannya.
            “Annyeong haseyo.”sapa namja itu.
            “Annyeong haseyo.”balasku.
            “Um.. sepertinya aku baru melihatmu.”kata namja itu.
            “Aku juga. Kenalkan, Park Minmi imnida.”kataku sambil mengulurkan tangan, bermaksud untuk berkenalan secara baik-baik kepadanya.
            “Ah, Lee Sungmin imnida.”ternyata namja yang bernama Sungmin itu menjabat tanganku.
            Kami lalu duduk didepan kantor Pak Kepala Jungsoo sambil sesekali mengobrol. Aku hanya tau bahwa dia kelahiran tahun 1986, tepatnya tanggal 1 Januari. Kami lahir di tahun yang sama.
            Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. Ini pasti langkah kaki milik Pak Kepala Jungsoo. Dia selalu senang memakai penutup kepalanya yang sudah mulai usang dan jaket tebalnya yang sudah termakan usia.
            “Wah,tampaknya kalian sudah saling mengenal.”kata Pak Kepala Jungsoo.
            Aku langsung berdiri dan hormat kepada Pak Kepala Jungsoo. Begitu juga Sungmin.
            “Ah, kalian tidak perlu memberi hormat begitu. Aku juga, sama seperti kalian.”kata Pak Kepala Jungsoo lalu tertawa kecil.
            Aku tersenyum. “Kau ini, sudah sepantasnya aku memberi hormat kepadamu. Kamu kan atasanku, Pak.”
            “Jangan panggil pak, deh. Kesannya aku tua banget. Panggil oppa aja, ne?”tanya Pak Kepala Jungsoo genit.
            Aku mendelik, Sungmin lalu tertawa melihat sikapku.
            “Baiklah, jadi apa yang ingin anda bicarakan, Kepala?”tanya Sungmin. Kali ini nadanya serius.
            Pak Kepala Jungsoo mengangguk. “Ne, aku ingin membicarakan sesutau dengan kalian berdua. Sungmin sudah tau hal ini. Tapi, kamu belum tau kan, Minmi?”
            Aku terbelalak kaget. “Ne. memangnya ada apa?”tanyaku.
            “Lebih baik kita membicarakannya di ruanganku.”

=Sungmin POV=
            “MWO?! BUSAN?!”jerit Minmi tepat di telingaku.
            “Ne, waeyo, chagi? Kamu nggak suka Busan?”tanya Kepala Jungsoo santai.
            “Bu..Bukan itu maksudku.. Daerah itu.. Kota itu..”Minmi menjawab dengan terbata-bata.
            Kepala Jungsoo hanya tersenyum simpul, lalu matanya menatapku.
            “Sungmin-ah, kamu sudah pernah berhadapan dengan kasus ini sebelumnya. Kalau kali ini kamu berhasil, hadiahnya besar.”
            “Hadiah? Memang ada hadiah segala?”tanyaku heran.
            “Ne, cuman hadiah kecil-kecilan sih.. Tapi, anggap saja ini award dariku.”jawab Pak Kepala Jungsoo sambil merapikan poninya.
            “Ka.. Kalau begitu, kapan aku akan pergi ke Busan?”tanya Minmi.
            “Pertanyaan yang bagus. Kamu akan pergi besok, dengan pesawat yang berangkat jam delapan pagi. Jadi, kamu nggak boleh kesiangan. Aku sudah memesan tiket untuk kalian berdua. Tapi, aku nggak bisa memesan yang kelas VIP,  jadi kalian harus bisa berperan sebagai orang biasa.”jawab Pak Kepala Jungsoo.
            “Aku memang orang biasa, kok.”tanggapku.
            Hening sesaat. Minmi tampak sedang menggigit-gigit jarinya sedangkan Pak Kepala Jungsoo merapikan poninya.
            “Hm.. Baiklah, kalau begitu hari ini aku akan berkemas. Berapa lama aku akan berada di Busan?”tanyaku.
            “Sampai kasus itu selesai dan pelakunya tertangkap. Kalau dalam 1 minggu kau dan Minmi tidak berhasil, kalian boleh pulang ke Seoul lagi.”jawab Pak Kepala Jungsoo.
            Minmi lalu berdiri dan membungkuk. “Gamsahamnida, Pak Kepala. Aku akan pulang dulu.”dia lalu pergi meninggalkan kantor.
            Aku memperhatikan yeoja itu pergi meninggalkan aku berdua dengan Pak Kepala Jungsoo. Kuciran kudanya bergoyang setiap dia melangkah. Itu membuatnya tampak lucu. Eh, kenapa aku ngomongin dia?
            “Dia kayakanya kaget tuh. Samperin sana.”suruh Pak Kepala Jungsoo.
            “Siapa? Aku?”tanyaku
            “Iyalah, kamu. Siapa lagi? Sana!”
            Aku menghela napas lalu berjalan menyusul Minmi yg sekarang sudah turun. Kupikir dia pasti nggak akan pergi jauh-jauh. Mungkin dia akan berada di kafe seberang kantor, menikmati secangkir cappuccino. Yah, itu yang biasa kulakukan kalau aku sedang bingung. Dia juga pasti merasakan hal yang sama.

=Minmi POV=
            “Cappuccino espresso satu.”pesanku.
            Pelayan tampak mencatat pesananku. “Ada yang lain?”
            “Nggak, itu aja.”jawabku.
            “Baiklah, tunggu sebentar ne..”pelayan itu lalu pergi ke dapur. Aku hanya tersenyum simpul.
            Misi rahasia? Di Busan? Tempat itu kan.. Kampung halamanku. Disana semuanya bermula, impianku menjadi seorang polisi dan sekarang aku sudah menjadi agen rahasia, bersama Sungmin dan menjalankan misi pertamaku bersamanya. Huft, ini semua gila.
            “Pesanan anda, nyonya.”kata seseorang yang membuyarkan lamunanku.
            Aku mendongak untuk melihat siapa yang datang. Sungmin? Dia membawa dua gelas cappuccino.
            “Boleh aku duduk?”tanya Sungmin sambil tersenyum.
            “Ne, tentu saja.”jawabku sambil mengalihkan pandangan darinya.
            Sungmin duduk didepanku lalu menyodorkan cappuccino. Aku hanya tersenyum lalu mengambil segelas cappuccino-ku, dan menyeruputnya pelan-pelan.
            “Gwenchana?”tanya Sungmin pelan.
            Aku hampir tersedak kopi saat mendengar pertanyaannya. Ayolah Minmi, kamu bisa menjawabnya.
            “Gwenchanayo.”jawabku.
            Dia tersenyum tipis. “Kamu kelihatan shock.. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan.”
            Aku hanya terdiam sambil meremas-remas tanganku. Nggak mungkin aku menceritakan semua masa laluku yang kelam kepadanya sekarang, kan?
            “Anni. Aku cuman… kaget.”
            Sungmin menatapku dengan penuh tanda tanya. Kami saling menatap mata satu sama lain sekilas, dan aku buru-buru buang muka.
            “Ha ha ha.. Nggak masalah kalau kamu nggak mau cerita sekarang, aku bisa mengerti itu.”kata Sungmin.
            “Mwo?”tanyaku heran.
            “Ada beberapa hal yang tidak bisa kita ceritakan kepada orang lain. Aku sangat mengerti perasaan itu.”jawab Sungmin.
            Aku menghela napas. Sungmin hanya tersenyum lalu kami berdua kembali meminum kopi masing-masing.
            “Dimana kamu tinggal?”tanya Sungmin.
            “Dua blok dari sini.”jawabku. “Aku tinggal di dorm.”
            “Oh, sendiri?”tanya Sungmin lagi.
            Aku mengangguk. “Ne.”
            Sungmin manggut-manggut. “Kamu berani juga, ya.”
            Aku terkekeh. “Dari awal aku memulai karirku sebagai agen, aku sudah terbiasa hidup  sendiri.”
            “Memangnya, kamu dari mana?”tanya Sungmin.
            Aku terdiam mendengar pertanyaanya. “B..Busan.”
            Hening sesaat. Aku mengatup-ngatupkan ujung sepatuku sedangkan Sungmin menatap keluar jendela.
            “Jadi, karena itu kamu kaget?”
            “Ne.”jawabku cepat.
            “Waeyo?”       
            “K.. Karena itu.. Kampung halamanku.”jawabku, astaga, mataku mulai basah. Kenapa aku jadi cengeng begini?
            “Semua keluargamu ada disana?”tanya Sungmin pelan.
            Aku mengangguk. “Aku.. sudah lama nggak bertemu dengan keluargaku. Rasanya pasti… berbeda.”
            Sungmin meraih tanganku dan menggenggamnya. “Sudahlah, jangan menjadikan ini beban untukmu. Kalau kamu… merasa misi ini berat, kamu bisa menggantinya.”
            “Andwe!”aku berseru. “Aku sangat menanti-nanti misi ini, malah.”
            “Nah, itu baru semangat.”dia menepuk kepalaku ringan.
            Aku tersenyum. “Kalau begitu, lebih baik sekarang aku berkemas. Gamsahamnida Sungmin~sshi!”aku lalu meninggalkan Sungmin dan sedikit berlari menuju mobilku. Setelah itu aku mengarahkannya ke dorm. Karena Sungmin, sekarang aku sudah lupa sama masalahku.

=Sungmin POV=
            Aku memperhatikan Minmi yang berjalan dengan riang menuju mobilnya. Dia yeoja yang aneh. Semenit yang lalu dia tampak sangat tertekan. Tapi dia berubah drastis menjadi riang gembira lagi.
            Aku menghabiskan kopiku lalu memandang keluar jendela, melihat beberapa mobil berlalu lalang. Besok aku tidak akan ada di Seoul lagi. Aku harus bisa menikmati hari terakhirku ini.
            Seorang namja yang tadi duduk dibelakang kami berdua, tiba-tiba berdiri lalu pergi keluar. Tubuhnya tegap dan proporsional. Gerak-geriknya aneh dan mencurigakan, sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu.
            Aku mengikutinya keluar kafe. Dia berjalan menuju daerah yang padat dan hampir saja menghilang dari pandanganku. Dia terus berjalan dengan langkah cepat, menuju sebuah gang sempit. Aku curiga, jangan-jangan dia mendengar percakapanku dengan Minmi tadi.
            Dia berjalan menelusuri hampir semua ‘jalan tikus’ yang aku sama sekali tidak tahu ada di kota Seoul ini. Dia akhirnya berhenti, matanya menatap sebuah gedung yang lumayan tinggi. Jadi, ini adalah jalan pintas menuju sebuah apartemen.
            Sebuah mobil berhenti didepan apartemen. Mobil itu kan.. mobilnya Minmi?
            Namja itu merogoh saku jaketnya, dan mengeluarkan sesuatu yang sama sekali tidak kuduga. Dia mengeluarkan pistol.
            Dengan kecepatan kilat aku mencegahnya menembak Minmi. Aku meninju kepalanya, berusaha membuatnya kehilangan keseimbangan lalu menjatuhkan pistolnya. Tapi dia menggenggamnya cukup erat. Aku dengan terpaksa meluncurkan tembakan sembarangan kelangit, berharap pelurunya segera habis.
            Minim terkejut melihatku bertarung dengan namja itu, dan dia berusaha membantu, sepertinya. Dia meloncati kap mobilnya, dan…

TBC>>
Annyeong haseyo! FF kali ini aku buat, terinspirasi waktu aku lagi nonton film Mission Imposibble 4 =.= jadi genre-nya action gitu.. FF ini nggak luput dari typo kok, jadi untuk kritik dan saran silahkan tulis di comment. NO BASH! Karena itu merupakan tindak kekerasan, ne? jangan lupa RCL! Sebuah FF tanpa RCL kayak semangkuk baso tapi nggak ada basonya (?) tunggu part 2 nya ya! Gamsahamnida! #bow with Hae