Author : Farhanna Nurul Azzahra
a.k.a Jung Raehoon
Cast : *Lee Sungmin
*Park
Minmi
*Lee
Donghae
*Cho
Kyuhyun
*Jung
Raehoon
*Lee
Hyukjae
*Park
Jungsoo
Genre : Action, Romance
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
=Author POV=
PLAK!
“Beritahu kami dimana gudang heroin
itu!”bentak seorang namja.
Yeoja yang tengah terduduk di kursi
dengan tangan terikat itu hanya terdiam. Pipinya memerah bekas tamparan namja
tadi. Dia masih menutup mulutnya, tidak berbicara sedikitpun.
“Ya! Kamu bisa bicara tidak?!”tanya
namja itu.
“Lebih baik aku mati daripada
memberi tahu dimana letak gudang itu, kepada sekumpulan orang tolol yang hanya
mengandalkan senjata. Kalian nggak ada apa-apanya.”jawab yeoja itu santai.
“Apa kau bilang?! Kamu berani
menantangku, hah?! Belum pernah merasakan peluru caliber, hah?! Minyoung,
berikan yeoja itu caliber!”suruh si namja sambil menunjuk salah seorang namja
yang dipanggilnya Minyoung.
Minyoung tersenyum sinis sambil
berjalan mendekati yeoja yang tengah disandera itu. Dia menodongkan pistolnya
kekepala yeoja tersebut. Anehnya, yeoja itu masih kelihatan santai.
“Ya, kamu nggak takut sama
ini?!”tanya Minyoung.
“Cih, aku bahkan pernah mendapatkan
yang lebih buruk dari itu.”jawab yeoja itu santai.
Dia lalu tersenyum, dan tanpa diduga
dia melompat, mengangkat kursi dengan tangannya yang bebas, lalu memukul kepala
Minyoung. Minyoung jatuh lalu pistolnya terlempar. Dengan sekali gerakan yeoja
itu mengambil caliber yang tergeletak dilantai, lalu menodongkannya kearah
namja yang tadi menamparnya.
“Ya! Suruh yeoja itu
berhenti!”teriak namja itu.
Seluruh anak buahnya bergetar
ketakutan. Mereka terpaksa melawan yeoja itu, tapi mereka semua berhasil
dilumpuhkan.
Namja itu terbelalak. “K..kau..
bagaimana bisa?”
Yeoja itu mendelik. “Kau mungkin
baru kenal aku sekarang, pak tua. Namaku Park Minmi, dan aku sengaja kemari
untuk mengangkapmu.”
Minmi menembak pergelangan kaki
namja tersebut, lalu dia jatuh tersungkur seketika.
“Nah, sekarang sudah beres. Tinggal
memanggil beberapa orang kesini.”Minmi lalu mengeluarkan ponselnya dan
menelepon seseorang.
“Yeoboseyo? Raehooon~sshi? Bisa kirim
bantuan kesini? Ne, si pengedar heroin itu sudah kulumpuhkan. Jangan lama-lama,
aku mau cepet-cepet pulang.”Minmi lalu memutuskan telepon dan melihat
‘korbannya’.
“Hati-hati kalau berurusan sama Park
Minmi, urusannya bisa panjang.”
=Minmi POV=
“Kerja bagus, cinguu..
chukkae!”Raehoon datang sambil tersenyum. Dia keluar dari mobilnya lalu menepuk
pundakku.
“Biasa deh, aku sering menangkap
yang kayak gini. Lebih berbahaya dari ini malah.”kataku sambil tersenyum kecut.
“Ya, aku memujimu! Oke, kau memang
Park ‘mata-mata paling hebat’ Minmi.
Wow.”Raehoon cemberut. Aku tertawa melihat sikapnya yang masih kekanak-kanakan.
Padahal, dia juga berada di dalam divisi penting di kepolisian. Tepatnya,
divisi investigasi. Keren.
“Mianhae, aku cuman bercanda, koook…”kataku
sambil merangkulnya.
“Ya sudah, kamu mau pulang sekarang?
Minta Kyu anterin kamu aja. Sekarang sudah malam, dan bukan waktu yang baik
untuk seorang gadis muda pulang sendirian. Lagipula, apartemenmu kan jauh.”kata
Raehoon.
“Ne, mana dia?”tanyaku, sambil
memakai jaket untuk menghangatkan tubuhku.
“Itu dia.”jawab Raehoon sambil
menunjuk seseorang dibelakangku. Aku berbalik kebelakang dan mendapati Kyu yang
sepertinya baru saja datang.
“Apa?”tanya Kyu yang sepertinya
kebingungan.
“Mau kan nganter aku pulang?”tanyaku
tanpa basa-basi.
“Ah, ne, boleh. Kebetulan aku searah
sama apartemen kamu.”jawab Kyu, sambil melirik jam tangan yang melingkar di
tangan kirinya.
“Bagus, kalau gitu, kajja!”ajakku.
“Oh iya, Minmi, besok kamu jangan
datang terlambat ke kantor, ne? Pak Kepala ingin membicarakan sesuatu kepadamu.
Katanya sih kamu mau dikasih ‘misi khusus’. Itu juga aku tau dari Kyu.”kata
Raehoon.
“Ne, besok kamu nggak boleh datang
terlambat.”kata Kyuhyun.
“Misi? Misi apa?”tanyaku.
“Sudahlah, besok juga kamu akan tau.
Oh iya, dan sepertinya di misimu yang satu ini kamuakan bekerja sama dengan
agen yang lain.”jawab Kyu. “Kajja, katanya mau pulang!”Kyu lalu menarik
tanganku dan membawaku ke mobilnya.
*
Meskipun sekarang aku sudah berada
diatas kasurku, bersiap untuk tidur, aku masih terbayang-bayang pesan Raehoon
tadi. Misi khusus? Misi macam apa? Setahuku Pak Kepala tidak pernah seserius
ini. Dan aku akan bekerja sama dengan agen yang lain? Siapa?
Ah, sudahlah Park Minmi. Kamu harus
bisa menangkan dirimu. Pergilah tidur dan kamu harus sudah siap untuk besok!
=Sungmin POV=
“Yeoboseyo?
Sungmin hyung?”tanya orang dari seberang.
“Yeoboseyo, ne ada apa Hae?”aku
balik bertanya sambil terus menyetir.
“Pak
Kepala ingin berbicara denganmu.”kata Hae.
“Pak Kepala? Tidak biasanya. Oke,
dimana dia?”tanyaku.
“Ini,
sebentar kualihkan ya.”lalu terdengar suara ponsel yang dipindahkan, dan
sekarang terdengar suara Pak Kepala yang berat.
“Yeoboseyo,
Sungmin-ah. Sedang sibuk?”
“Anni, ada apa?”tanyaku, lalu memarkir
mobilku ke tepi jalan. Aku yakin, kalau Pak Kepala ingin berbicara kepadaku,
percakapan ini bakal panjang.
“Aku
punya satu misi khusus untukmu, mungkin kamu akan menyukainya.”
“Misi?”ulangku.
“Ne,
ini bersangkutan dengan kasus kematian… um… yeojachingumu lima tahun yang lalu.”
Aku terdiam. “Baiklah, seperti apa
misinya?”
“Baru-baru
ini, di daerah sekitar Busan terjadi pembunuhan berantai. Polisi local melapor
kepada kantor pusat dan mengirimkan
beberapa petunjuk dan barang bukti kepada kami. Kami melakukan riset,
penelitian, dan menarik kesimpulan bahwa pelaku pembunuhan berantai ini sama
dengan pelaku pembunuhan berantai di Seoul lima tahun silam. Kupikir kamu mau untuk menyelidikinya dan memecahkan
kasus ini.”jawab Pak Kepala.
Aku menarik napas panjang. “Aku
mengerti. Aku mau.”jawabku.
“Baikalah,
tapi di misi kali ini kamu nggak akan sendirian. Akan ada seorang agen kesayanganku juga, mungkin kamu belum pernah
bertemu dengannya, yang akan menjadi rekanmu. Nggak masalah kan?”
“Rekan?”ulangku. “Dia yeoja atau
namja?”
“Dia
yeoja yang tangguh, kuat dan hebat. Dia
keren, sebaiknya kamu senang bekerja sama
dengannya.”jawab Pak Kepala, dari nadanya kudengar dia sedikit tertawa.
“Aigoo… Baiklah Pak Kepala, aku akan
ke kantor besok.”kataku pasrah.
“Bagus.
Sudah ya, ini sudah malam. Sebaiknya kamu cepat pulang. Oh iya, jangan mengemudi terlalu ngebut, nanti kamu celaka.”
“Darimana.. Kau tau kalau aku tadi
sedang menyetir?”tanyaku heran.
“Oh,
itu gampang. Aku selalu tau. Sudah ya.”lalu sambungan telepon diputus. Aku
menatap layar ponselku dengan heran lalu geleng-geleng kepala. Pak Kepala
memang sedikit aneh.
Sudahlah, aku melanjutkan
perjalananku.
=Minmi POV=
Aku datang ke kantor pusat lebih
pagi dari semua orang, jam tujuh pagi. Nggak biasanya sih aku bangun jam lima
pagi, mungkin karena otakku sudah men-setnya agar bangun pagi. Aku tidak tau
apa yang harus aku lakukan disaat kantor masih sepi. Kuyakin, Pak Kepala
Jungsoo belum datang. Aku malah berani bertaruh kalau aku adalah satu-satunya
orang yang datang ‘kepagian’.
Aku mendengar suara langkah kaki
dari belakang. Aku mulai mempertajam pendengaranku dan mencoba menebak langkah
kaki siapa ini. Langkah ini santai namun tegas. Aku dapat mendengar hembusan
napas si pemilik langkah kaki tersebut yang beraturan.
Aku memberanikan diri untuk menoleh
kebelakang, melihat siapa yang datang. Satu detik.. Dua detik… Aku melihat
sesosok namja yang lumayan pendek, rambutnya cepak dan tangannya berisi.
Sepertinya dia rajin gym atau semacamnya. Siapa dia? Aku belum pernah bertemu
dengannya.
“Annyeong haseyo.”sapa namja itu.
“Annyeong haseyo.”balasku.
“Um.. sepertinya aku baru
melihatmu.”kata namja itu.
“Aku juga. Kenalkan, Park Minmi
imnida.”kataku sambil mengulurkan tangan, bermaksud untuk berkenalan secara
baik-baik kepadanya.
“Ah, Lee Sungmin imnida.”ternyata
namja yang bernama Sungmin itu menjabat tanganku.
Kami lalu duduk didepan kantor Pak
Kepala Jungsoo sambil sesekali mengobrol. Aku hanya tau bahwa dia kelahiran
tahun 1986, tepatnya tanggal 1 Januari. Kami lahir di tahun yang sama.
Terdengar suara langkah kaki yang
terburu-buru. Ini pasti langkah kaki milik Pak Kepala Jungsoo. Dia selalu
senang memakai penutup kepalanya yang sudah mulai usang dan jaket tebalnya yang
sudah termakan usia.
“Wah,tampaknya kalian sudah saling
mengenal.”kata Pak Kepala Jungsoo.
Aku langsung berdiri dan hormat
kepada Pak Kepala Jungsoo. Begitu juga Sungmin.
“Ah, kalian tidak perlu memberi
hormat begitu. Aku juga, sama seperti kalian.”kata Pak Kepala Jungsoo lalu
tertawa kecil.
Aku tersenyum. “Kau ini, sudah
sepantasnya aku memberi hormat kepadamu. Kamu kan atasanku, Pak.”
“Jangan panggil pak, deh. Kesannya
aku tua banget. Panggil oppa aja, ne?”tanya Pak Kepala Jungsoo genit.
Aku mendelik, Sungmin lalu tertawa
melihat sikapku.
“Baiklah, jadi apa yang ingin anda
bicarakan, Kepala?”tanya Sungmin. Kali ini nadanya serius.
Pak Kepala Jungsoo mengangguk. “Ne,
aku ingin membicarakan sesutau dengan kalian berdua. Sungmin sudah tau hal ini.
Tapi, kamu belum tau kan, Minmi?”
Aku terbelalak kaget. “Ne. memangnya
ada apa?”tanyaku.
“Lebih baik kita membicarakannya di
ruanganku.”
=Sungmin POV=
“MWO?! BUSAN?!”jerit Minmi tepat di
telingaku.
“Ne, waeyo, chagi? Kamu nggak suka
Busan?”tanya Kepala Jungsoo santai.
“Bu..Bukan itu maksudku.. Daerah
itu.. Kota itu..”Minmi menjawab dengan terbata-bata.
Kepala Jungsoo hanya tersenyum
simpul, lalu matanya menatapku.
“Sungmin-ah, kamu sudah pernah
berhadapan dengan kasus ini sebelumnya. Kalau kali ini kamu berhasil, hadiahnya
besar.”
“Hadiah? Memang ada hadiah
segala?”tanyaku heran.
“Ne, cuman hadiah kecil-kecilan
sih.. Tapi, anggap saja ini award dariku.”jawab Pak Kepala Jungsoo sambil
merapikan poninya.
“Ka.. Kalau begitu, kapan aku akan
pergi ke Busan?”tanya Minmi.
“Pertanyaan yang bagus. Kamu akan
pergi besok, dengan pesawat yang berangkat jam delapan pagi. Jadi, kamu nggak
boleh kesiangan. Aku sudah memesan tiket untuk kalian berdua. Tapi, aku nggak
bisa memesan yang kelas VIP, jadi kalian
harus bisa berperan sebagai orang biasa.”jawab Pak Kepala Jungsoo.
“Aku memang orang biasa,
kok.”tanggapku.
Hening sesaat. Minmi tampak sedang
menggigit-gigit jarinya sedangkan Pak Kepala Jungsoo merapikan poninya.
“Hm.. Baiklah, kalau begitu hari ini
aku akan berkemas. Berapa lama aku akan berada di Busan?”tanyaku.
“Sampai kasus itu selesai dan
pelakunya tertangkap. Kalau dalam 1 minggu kau dan Minmi tidak berhasil, kalian
boleh pulang ke Seoul lagi.”jawab Pak Kepala Jungsoo.
Minmi lalu berdiri dan membungkuk.
“Gamsahamnida, Pak Kepala. Aku akan pulang dulu.”dia lalu pergi meninggalkan
kantor.
Aku memperhatikan yeoja itu pergi
meninggalkan aku berdua dengan Pak Kepala Jungsoo. Kuciran kudanya bergoyang
setiap dia melangkah. Itu membuatnya tampak lucu. Eh, kenapa aku ngomongin dia?
“Dia kayakanya kaget tuh. Samperin
sana.”suruh Pak Kepala Jungsoo.
“Siapa? Aku?”tanyaku
“Iyalah, kamu. Siapa lagi? Sana!”
Aku menghela napas lalu berjalan
menyusul Minmi yg sekarang sudah turun. Kupikir dia pasti nggak akan pergi
jauh-jauh. Mungkin dia akan berada di kafe seberang kantor, menikmati secangkir
cappuccino. Yah, itu yang biasa kulakukan kalau aku sedang bingung. Dia juga
pasti merasakan hal yang sama.
=Minmi POV=
“Cappuccino espresso satu.”pesanku.
Pelayan tampak mencatat pesananku.
“Ada yang lain?”
“Nggak, itu aja.”jawabku.
“Baiklah, tunggu sebentar
ne..”pelayan itu lalu pergi ke dapur. Aku hanya tersenyum simpul.
Misi rahasia? Di Busan? Tempat itu
kan.. Kampung halamanku. Disana semuanya bermula, impianku menjadi seorang
polisi dan sekarang aku sudah menjadi agen rahasia, bersama Sungmin dan
menjalankan misi pertamaku bersamanya. Huft, ini semua gila.
“Pesanan anda, nyonya.”kata
seseorang yang membuyarkan lamunanku.
Aku mendongak untuk melihat siapa
yang datang. Sungmin? Dia membawa dua gelas cappuccino.
“Boleh aku duduk?”tanya Sungmin
sambil tersenyum.
“Ne, tentu saja.”jawabku sambil
mengalihkan pandangan darinya.
Sungmin duduk didepanku lalu
menyodorkan cappuccino. Aku hanya tersenyum lalu mengambil segelas
cappuccino-ku, dan menyeruputnya pelan-pelan.
“Gwenchana?”tanya Sungmin pelan.
Aku hampir tersedak kopi saat
mendengar pertanyaannya. Ayolah Minmi, kamu bisa menjawabnya.
“Gwenchanayo.”jawabku.
Dia tersenyum tipis. “Kamu kelihatan
shock.. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan.”
Aku hanya terdiam sambil
meremas-remas tanganku. Nggak mungkin aku menceritakan semua masa laluku yang
kelam kepadanya sekarang, kan?
“Anni. Aku cuman… kaget.”
Sungmin menatapku dengan penuh tanda
tanya. Kami saling menatap mata satu sama lain sekilas, dan aku buru-buru buang
muka.
“Ha ha ha.. Nggak masalah kalau kamu
nggak mau cerita sekarang, aku bisa mengerti itu.”kata Sungmin.
“Mwo?”tanyaku heran.
“Ada beberapa hal yang tidak bisa
kita ceritakan kepada orang lain. Aku sangat mengerti perasaan itu.”jawab
Sungmin.
Aku menghela napas. Sungmin hanya
tersenyum lalu kami berdua kembali meminum kopi masing-masing.
“Dimana kamu tinggal?”tanya Sungmin.
“Dua blok dari sini.”jawabku. “Aku
tinggal di dorm.”
“Oh, sendiri?”tanya Sungmin lagi.
Aku mengangguk. “Ne.”
Sungmin manggut-manggut. “Kamu
berani juga, ya.”
Aku terkekeh. “Dari awal aku memulai
karirku sebagai agen, aku sudah terbiasa hidup
sendiri.”
“Memangnya, kamu dari mana?”tanya
Sungmin.
Aku terdiam mendengar pertanyaanya.
“B..Busan.”
Hening sesaat. Aku
mengatup-ngatupkan ujung sepatuku sedangkan Sungmin menatap keluar jendela.
“Jadi, karena itu kamu kaget?”
“Ne.”jawabku cepat.
“Waeyo?”
“K.. Karena itu.. Kampung
halamanku.”jawabku, astaga, mataku mulai basah. Kenapa aku jadi cengeng begini?
“Semua keluargamu ada disana?”tanya
Sungmin pelan.
Aku mengangguk. “Aku.. sudah lama
nggak bertemu dengan keluargaku. Rasanya pasti… berbeda.”
Sungmin meraih tanganku dan
menggenggamnya. “Sudahlah, jangan menjadikan ini beban untukmu. Kalau kamu…
merasa misi ini berat, kamu bisa menggantinya.”
“Andwe!”aku berseru. “Aku sangat
menanti-nanti misi ini, malah.”
“Nah, itu baru semangat.”dia menepuk
kepalaku ringan.
Aku tersenyum. “Kalau begitu, lebih
baik sekarang aku berkemas. Gamsahamnida Sungmin~sshi!”aku lalu meninggalkan
Sungmin dan sedikit berlari menuju mobilku. Setelah itu aku mengarahkannya ke
dorm. Karena Sungmin, sekarang aku sudah lupa sama masalahku.
=Sungmin
POV=
Aku memperhatikan Minmi yang
berjalan dengan riang menuju mobilnya. Dia yeoja yang aneh. Semenit yang lalu
dia tampak sangat tertekan. Tapi dia berubah drastis menjadi riang gembira
lagi.
Aku menghabiskan kopiku lalu
memandang keluar jendela, melihat beberapa mobil berlalu lalang. Besok aku
tidak akan ada di Seoul lagi. Aku harus bisa menikmati hari terakhirku ini.
Seorang namja yang tadi duduk
dibelakang kami berdua, tiba-tiba berdiri lalu pergi keluar. Tubuhnya tegap dan
proporsional. Gerak-geriknya aneh dan mencurigakan, sepertinya dia sedang
merencanakan sesuatu.
Aku mengikutinya keluar kafe. Dia
berjalan menuju daerah yang padat dan hampir saja menghilang dari pandanganku.
Dia terus berjalan dengan langkah cepat, menuju sebuah gang sempit. Aku curiga,
jangan-jangan dia mendengar percakapanku dengan Minmi tadi.
Dia berjalan menelusuri hampir semua
‘jalan tikus’ yang aku sama sekali tidak tahu ada di kota Seoul ini. Dia
akhirnya berhenti, matanya menatap sebuah gedung yang lumayan tinggi. Jadi, ini
adalah jalan pintas menuju sebuah apartemen.
Sebuah mobil berhenti didepan apartemen.
Mobil itu kan.. mobilnya Minmi?
Namja itu merogoh saku jaketnya, dan
mengeluarkan sesuatu yang sama sekali tidak kuduga. Dia mengeluarkan pistol.
Dengan kecepatan kilat aku
mencegahnya menembak Minmi. Aku meninju kepalanya, berusaha membuatnya
kehilangan keseimbangan lalu menjatuhkan pistolnya. Tapi dia menggenggamnya
cukup erat. Aku dengan terpaksa meluncurkan tembakan sembarangan kelangit,
berharap pelurunya segera habis.
Minim terkejut melihatku bertarung
dengan namja itu, dan dia berusaha membantu, sepertinya. Dia meloncati kap
mobilnya, dan…
TBC>>
Annyeong haseyo! FF kali ini aku
buat, terinspirasi waktu aku lagi nonton film Mission Imposibble 4 =.= jadi
genre-nya action gitu.. FF ini nggak luput dari typo kok, jadi untuk kritik dan
saran silahkan tulis di comment. NO BASH! Karena itu merupakan tindak
kekerasan, ne? jangan lupa RCL! Sebuah FF tanpa RCL kayak semangkuk baso tapi nggak
ada basonya (?) tunggu part 2 nya ya! Gamsahamnida! #bow with Hae