Ghost Hunter [ chapter
1 ]
Author : Hanna Azzahra
/ @JungRaeHoon
MainCast :
Lee Donghae as the
medium
Jung Raehoon as the
police
Cast :
Choi Siwon as the ghost/shinigami
Im Yoona as the doctor
Lee Hyukjae as the
ghost
Cho Kyuhyun as the
ghost
And the other cast..
Genre : Horror,
Mystery, Romance
~Typo bersebaran
~Super Junior milik
ELF, tapi Donghae milikku :D #dibakar ELFishy se dunia
~No bash and flame
~Dimohon RCL bagi yang
terlanjur kena tag dan terlanjur baca judulnya J
~Menerima kritik dan
saran dari siapapun :D
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Author POV.
“Serangkaian kematian mengenaskan baru-baru ini menggemparkan Seoul dan
sekitarnya. Pihak kepolisian dan forensik menyatakan, hasil otopsi dari setiap
mayat yang ditemukan mengatakan bahwa itu semua hanya kecelakaan. Meskipun
begitu, kasus ini sudah memakan lebih dari 30 korban dan sepertinya akan terus
berlanjut sampai ada yang menyelidiki penyebabnya. Ahli forensik, ahli TKP
bahkan hampir menyerah menangani kasus ini..”
PIP!
Donghae melempar remote
TV dengan kesal kearah sofa. Dia menghempaskan badannya dan berusaha untuk
tertidur. Dia sangat lelah saat ini, dan yang diinginkannya hanya beristirahat.
Sebelum sebuah suara memaksanya untuk bangun.
“Ya! Lee Donghae! Kau menjanjikanku daging ikan mentah hari ini!”
Donghae mendecakkan
lidahnya lalu menatap ke sumber suara, sebuah bayangan ektoplasma yang selama
ini menemaninya.
“Akan kuberikan
kepadamu kalau aku mendapatkannya hari ini, dasar arwah bawel.” Kata Donghae.
“Hei, jangan lupa aku bekerja untukmu!” bayangan ektoplasma itu terus
mengoceh, mengikuti setiap langkah Donghae yang terburu-buru. Donghae menutup
pintu kamarnya, membantingnya keras-keras. Dia tahu pasti bayangan ektoplasma
itu masih bisa mengejarnya. Arwah bisa menembus apa saja.
Donghae berusaha untuk
tidur, menutupi selimut sampai ke dagunya. Berharap mimpinya malam ini tidak
seperti mimpi yang sebelumnya. Mimpi yang membuatnya selalu terperangkap dalam
masa lalu.
-----------------------------
Satu Orang Lagi
Ditemukan Tewas Mengenaskan.
Donghae membaca
headline Koran pagi itu dan hampir tersedak saat mengetahui siapa korbannya.
Dengan langkah terburu-buru dia memasuki mobilnya, menuju pemakaman pagi itu
juga.
Selama ini Donghae
hanya menganggap serangkaian peristiwa kematian itu hanya kematian biasa. Tapi,
lama-lama perasaannya mengatakan kalau orang sepertinya harus turun tangan dalam kasus seperti ini.
Mobilnya berhenti tepat
di depan pemakaman yang cukup penuh hari itu. Dia bisa melihat berlusin-lusin
ektoplasma di makamnya masing-masing, tapi Donghae tidak akan memedulikan itu
sekarang. Dia berjalan menuju sekelompok orang memakai baju hitam-hitam.
Donghae yakin sekali mereka adalah para pelayat yang baru datang.
Matanya menangkap
sesosok orang yang sangat dikenalnya, tapi dalam bentuk dan wujud yang berbeda.
Sosok itu menghampiri Donghae, matanya membulat panik.
“Hyung!” jeritnya.
Donghae hanya
menempelkan jari telunjuknya di bibir. “Tunggu sampai semua pergi.”
Kyuhyun hanya mencoba
untuk memukul pundak Donghae tapi nyatanya dia hanya memukul udara. Dia tidak
bisa menyentuh Donghae.
“Hyung, apa yang terjadi denganku? Cepat jelaskan kepadaku, hyung!”
Donghae hanya terdiam dan memandang dari
kejauhan. Sebuah peti mati yang dikerubungi oleh sekelompok pelayat itu isinya
Kyuhyun, dia tahu. Donghae hanya bisa menghela napas, menyadari bahwa satu
temannya sudah mati.
“Hyung! Aku tahu kau bisa mendengarku! Cepat jelaskan semuanya kepadaku
sekarang!”
Donghae hanya
memejamkan matanya, mendengarkan dengan cermat khotbah dari penceramah yang
memimpin prosesi pemakaman Kyuhun, memasukkan kedua tangannya ke saku jaket
lusuhnya. Ingin sekali rasanya ia ikut bergabung dengan keluarga Kyuhyun
beserta beberapa kerabatnya yang juga merupakan teman-temannya disana, tapi dia
tidak bisa. Donghae tidak bisa melakukannya. Dia hanya bisa memandang dari
kejauhan.
Setelah peti mati itu
diturunkan, perlahan peti itu ditutupi oleh tanah, menyembunyikan peti di bawahnya
diiringi tangisan pilu dari keluarga. Donghae memperhatikan setiap gerak-gerik
Kyuhyun yang tampak tidak tega melihat ibunya menangis. Tapi apa daya, Kyu
hanya bisa merengkuh udara.
Setelah pemakaman
selesai, satu persatu pelayat mulai meninggalkan makam. Kyuhyun kembali
mendekati Donghae dan menatap mata namja itu dalam.
“Hyung, aku sudah mati ya?” tanyanya pilu.
Donghae mengangguk
singkat.
“Tapi aku tidak mau, hyung! Aku masih ingin hidup!” jeritnya.
“Kematian adalah hal
yang pasti dialami seluruh umat manusia, Kyu.” Jawab Donghae. “ Aku juga, suatu saat nanti akan mati.”
“Aku lebih muda darimu, kenapa tidak kau duluan yang mati?” tanya
Kyu.
“Ya! Kau mendoakanku
untuk cepat mati juga? Ada yang aneh dengan kematianmu. Aku yakin itu. Ini ada
kaitannya dengan kasus kematian terdahulu.” Jawab Donghae pelan.
“Ikut aku.”
-----------------------------
“Astaga, itu aku?” tanya Kyu, terkejut melihat foto mayat yang ada
didepannya.
Donghae hanya
mengangkat bahunya. “Itu kamu. Kau mati dengan mengenaskan. Persis seperti
kasus kematian yang lainnya. Apa ini tidak aneh bagimu?”
“Tidak, tidak sama sekali.” Kata Kyu, suaranya bergetar.
“Ayolah, aku tahu kau
merasakan ada yang aneh. Apa yang kau ingat sebelum kematianmu?” tanya Donghae,
duduk di hadapan Kyuhyun yang terkejut.
“Aku sedang berada di ruang belajarku saat tiba-tiba aku merasa
jantungku sakit sekali lalu semuanya gelap. Terakhir aku bangun adalah saat aku
melihatmu di pemakaman. Pemakamanku, tepatnya.”
Jawab Kyu.
“Huwaaaa, aku belum mau matii!!” jeritnya lagi.
Donghae
menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tenang saja, selama kau di rumahku dan tidak
kemana-mana, kau aman. Setidaknya begitu, sampai waktumu tiba untuk kembali ke alam-mu.”
“Andwaee!!” jerit Kyu frustasi.
“Haha, satu arwah baru! Selamat datang, namaku Lee Hyukjae. Dulunya aku seorang
dancer handal, kau mau lihat?” sebuah ektoplasma bernama Hyukjae itu
mendekat, mengulurkan tangannya kepada Kyuhyun yang terbengong-bengong.
“Jangan pedulikan dia,
kita fokus ke kasus kematianmu.” Kata Donghae, mengalihkan pandangannya dari
Hyukjae yang melotot marah. Sekalipun Hyukjae ingin sekali memukul Donghae, dia
hanya akan memukul udara.
--------------------------------
“Selama ini kau tidak
pergi dariku? Kau ada di dekatku?”
“Tentu saja, chagi. Aku tidak mungkin meninggalkanmu sebelum aku
menyelesaikan tugasku.”
“Jadi, kau pelakunya?”
“Tentu. Kau tidak akan melaporkanku, kan?”
“Tentu tidak. Aku akan
membantumu. Tapi, mungkin akan perlahan karena tidak mungkin aku melakukannya
langsung.”
“Arraseo. Berusahalah, chagi. Saranghae.”
“Nado saranghae, oppa.”
------------------------------
Yeoja itu menjejakkan
kakinya di bandara, menghirup udara sedalam-dalamnya. Dia sangat merindukan
udara kampung halamannya, merindukan semua yang ada di sana.
Langkahnya terhenti
saat sebuah headline Koran menarik perhatiannya. Yeoja itu membaca dengan
seksama, dan terkejut melihat foto di sampul Koran itu.
Satu Orang Lagi
Ditemukan Tewas Mengenaskan.
Yeoja itu membuang
Koran kelantai, lalu setengah berlari keluar bandara.
-----------------------------
Donghae terlambat.
Dia tidak berhasil
menyelamatkan satu orang korban lagi. Dia hanya melihat mayat orang itu
tergantung di langit-langit, lidahnya menjulur dan sekujur tubuhnya penuh
dengan sayatan. Donghae memperhatikannya dengan seksama. Sayatan itu beragam
bentuknya. Panjang, pendek, besar dan kecil.
“Hyung, kau yakin aman berada di tempat seperti ini? Berlama-lama di TKP
tanpa ada orang yang masuk sebelum dirimu akan menjadikanmu tersangka. Menurut
buku kepolisian yang kubaca..”
“Kau terlalu lama
berada di kepolisian, Kyu.” Kata Donghae. “Lagipula, orang ini hanya orang
biasa yang menjadi korban. Ini jelas-jelas bukan kecelakaan. Pembunuhan.”
“Pem-pembunuhan?” tanya Kyuhyun lagi.
Donghae menganggukkan
kepala. “Dan cara matinya sama persis sepertimu.”
“Kau tahu itu?” tanya Kyuhyun tidak percaya.
Donghae menutup
mulutnya dengan kedua tangannya. “Tidak, hanya dugaanku.”
Suara
jeritan dari Hyukjae membuat konsentrasi Donghae pecah. Dia menoleh untuk
mencari sumber suara.
“Hyung? Itu kan suara Hyukjae hyung. Dimana
dia?” tanya Kyu.
“Kyu,
kau cari dia. Aku rasa dia ada di sekitar sini.” Jawab Donghae. “Kau
satu-satunya yang bebas keluar masuk tanpa terlihat siapapun.”
----------------------------
“Makhluk
berjubah? Nugu?” tanya Donghae, menatap Hyukjae dengan serius.
“Ne, dia besar, berjubah, dan hitam. Lebih
mirip.. shinigami. Dia ada di gedung yang sama saat kau menemukan mayat itu.”
Jawab Hyukjae.
“Shinigami..”
Donghae mendesis. Bayangannya tentang masa lalu kembali menyeruak dalam
pikirannya. Dia ingat persis wujud shinigami yang dulu hadir menorehkan kisah
dalam masa lalunya. Donghae menahan napasnya, rasa dendamnya kepada shinigami
kembali hadir di hatinya.
Dendam
seumur hidup di dirinya.
“Hae-ya, kau baik-baik saja? Wajahmu pucat.”
Kata Hyukjae, menarik lagi Donghae dari masa lalunya. Donghae menghela napas
lalu memegang kepalanya.
“Hyung sakit?” tanya Kyuhyun, terlihat
khawatir melihat hyungnya.
“Anni.”
Jawab Donghae pelan. “Aku butuh sedikit istirahat.”
Donghae
lalu beranjak menuju kamarnya, meninggalkan dua makhluk ektoplasma itu berdua.
Dia tidak mengerti kenapa shinigami kembali. Dia ingat persis bagaimana dia
bisa melihat makhluk-makhluk halus. Semua bermula dari shinigami itu. Shinigami
yang merenggut orang yang sangat dicintainya. Yang sangat berarti di hidupnya.
“Cih,
dia bahkan bukan shinigami. Dia hanya..” kalimat Donghae terhenti, dia menatap
ke cermin lalu mendesah. “Psikopat.”
--------------------------------
“Kau
bilang kasus ini sudah berhenti saat aku di Amerika! Kenapa kau berbohong?!”
Raehoon
membentak satu-satunya namja yang ada di hadapannya itu.
“Raehoon-ah,
dengar dulu. Kasus ini muncul lagi sebulan yang lalu. Pihak kepolisian bahkan
tidak menduganya.”
“Jeongmal?
Jangan berbohong lagi atau kau akan menyesal, Lee Sungmin!” kata Raehoon,
menghempaskan tubuhnya di sofa, merengut marah.
Mendengar
bahwa serangkaian kematian misterius itu kembali ke Seoul, Raehoon pikir ini
semua ada kaitannya dengan kasus dua tahun lalu. Kasus yang sempat ditanganinya
selama beberapa bulan. Kasus yang melibatkan orang yang sangat disayanginya.
Raehoon
lalu menatap keluar jendela. Dia bisa saja melakukan penyelidikan saat ini
juga, tapi dia ragu. Dia takut, ini bukan bidangnya sekarang. Dia butuh
bantuan.
“Apakah..
ini menyangkut.. si psikopat itu?” tanya Raehoon lagi.
“Si
pembunuh gila itu? Dia sudah di hukum mati dua tahun lalu, Raehoon-ah. Mana
mungkin dia terlibat semua ini. Aku pikir, mungkin ada seseorang yang mengikuti
jejak si psikopat itu, hanya saja kita tidak tahu siapa dia. Kau mau
menyelidikinya?” tanya Sungmin.
“Nde.”
Jawab Raehoon pelan, hampir berbisik. “Dia masih ada di Seoul, kan?”
Sungmin
mengerutkan keningnya. “Siapa?”
“Kau
pasti tahu siapa dia.”
------------------------------
Donghae
baru saja bangun tidur, saat sebuah Koran pagi tergeletak manis di meja
makannya. Dia seakan-akan meminta untuk dibaca, menawarkan sesuatu yang membuat
Donghae penasaran. Sedikit mengusap matanya, Donghae membaca headline perlahan,
dan lagi-lagi terkejut mengetahuinya.
Lima
Orang Tewas Mengenaskan Dalam Satu Hari.
Donghae
menyesal. Dia sangat menyesal karena hanya berhasil melihat satu korban. Dia
sudah cukup menyesal saat itu, tidak berhasil menghentikan peristiwa kematian
aneh itu dan malah menambah korban sebanyak empat orang.
Ini
benar-benar sudah liar, pikirnya. Harus dihentikan.
“Tapi,
dimana aku akan memulainya?” tanya Donghae pada dirinya sendiri. Dia tidak
dipercayai siapapun saat ini, setelah kecelakaan dua tahun lalu merubah
segalanya, termasuk merubah penglihatannya menjadi lebih istimewa.
“Hyuung! Aku dapat informasi penting!”
suara Kyuhyun membuyarkan lamuannya. Donghae menoleh lalu bertanya dengan
suaranya yang masih serak.
“Apa?”
“Aku bergentayangan
di sekitar pusat kota bersama Hyukjae hyung dan melakukan sedikit penyelidikan.
Si shinigami ini, yang Hyukjae hyung katakan padamu kemarin malam, dia membunuh dengan.. cara yang ajaib.”
Jawab Kyuhyun, terdengar sedikit ketakutan.
“Ajaib?
Maksudmu?”tanya Donghae tidak mengerti.
“Hyung, menyeramkan pokoknya!” jerit
Kyuhyun.
“Lalu,
kalau bisa melihatnya itu berarti kau bisa menyentuhnya? Kalian sesama makhluk
ektoplasma, kan?” tanya Donghae.
“Ne, tapi aku terlalu takut, hyung. Dia
menyeramkan. Jubahnya hitam panjang, dia kurus, dan seperti shinigami yang
sering kulihat di kartun. Dia membawa-bawa kapak seperti.. pokoknya menyeramkan, hyung! Kau pasti bisa
melihatnya sendiri!” kata Kyuhyun, menutup matanya.
Donghae
menatap Kyuhyun, memperhatikannya dari atas sampai bawah. Benar apa yang
dilihat Kyuhyun, dia tidak salah. Bayangannya tentang shinigami yang merenggut
nyawa orang yang sangat dicintainya itu persis seperti yang Kyuhyun ceritakan.
Ternyata,
dia sudah berubah bentuk menjadi sebuah ektoplasma juga.
Dia
belum puas membunuh.
---------------------------------------
Siang
itu cukup terik bagi Donghae, tapi tetap tidak menyurutkan niatnya untuk mencari
informasi tentang lima korban kemarin. Dia bertekad ingin mencari, memusnahkan
shinigami itu.
Tapi
sampai saat ini dia tidak tahu bagaimana caranya. Sulit untuk memusnahkan yang telah kembali dari kematian. Bahkan dari sekian banyak buku tentang
kekuatan supranatural yang dibacanya. Memanfaatkan air suci saja tidak cukup.
Dia
memarkir mobilnya di depan pemakaman, turun dari mobil dan berjalan pelan
memasuki pemakaman. Beberapa makhluk ektoplasma yang sedang bercakap-cakap di
makam mereka memandang Donghae heran sedangkan dia hanya tersenyum simpul
kearah dua makhluk ektoplasma itu dan menambah kebingungan mereka.
Langkahnya
terhenti saat sosok seorang yeoja tengah berdiri di depan makam orangtuanya,
menyimpan sebuket bunga dan sedikit terisak. Donghae hampir mencoba untuk pergi
lagi, tapi dia terlambat. Yeoja itu sudah melihatnya.
“Annyeong
haseyo, Donghae-ya.”
Donghae
menoleh, berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apapun dihadapan yeoja itu.
Dia melangkah mendekati yeoja itu dan berdiri dihadapan makam orangtuanya.
“Kenapa
kau kembali?” tanya Donghae akhirnya, nadanya dibuat sepelan mungkin.
Yeoja
itu hanya tersenyum. “Tidak boleh?”
Donghae
menghela napasnya, berjongkok lalu mengusap nisan yang bertuliskan nama kedua
orangtuanya. Dia selalu berharap dapat melihat bayangan ektoplasma dari kedua
orangtuanya, tapi sampai saat ini harapannya itu tidak pernah terwujud. Dia
tahu, arwah kedua orangtuanya sudah benar-benar kembali ke alamnya.
“Orangtuamu..
sangat baik kepadaku, bahkan sampai terakhir aku melihat mereka.. Mereka sudah
seperti orangtuaku sendiri..” kata yeoja itu, membuat Donghae menahan air mata
yang membendung di sudut matanya. Dia masih menjaga gengsinya untuk tidak
menangis di depan yeoja.
“Kau
kembali karena.. kasus?” tanya Donghae, kembali berdiri tapi tetap tidak
menatap yeoja itu sedikitpun.
“Tidak.”
Jawab yeoja itu santai. “Bahkan aku baru mengetahuinya saat membaca headline
Koran di bandara.”
Yeoja
itu lalu menatap Donghae dari samping. Dia memperhatikan setiap lekukan yang
ada di wajah namja itu. Tidak ada yang
berubah, batinnya.
“Kenapa
kau memilih untuk keluar? Kemampuanmu bisa digunakan.” Kata yeoja itu pelan.
“Aku
tidak akan menggunakannya.” Kata Donghae tak kalah pelannya dari yeoja itu.
“Aku memang sudah terbiasa tapi menurutku tidak akan ada gunanya.”
“Kalau
begitu, kenapa kau keluar?”
Donghae
menatap nisan kedua orangtuanya kosong, tidak menjawab pertanyaan yeoja itu dan
memilih diam.
“Kau..
takut hal yang sama terjadi lagi? Kau takut kehilangan lagi?” tanya yeoja itu.
Donghae
tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk yeoja di hadapannya itu. Dia
tahu dia sangat merindukan yeoja itu, meskipun pada awalnya dia berniat untuk
tidak memeluk yeoja itu, akhirnya dia kalah oleh kata hati kecilnya.
Dia
mendekap yeoja itu erat.
“Bogoshippo.”
Bisiknya. “Kau membuatku gila dua tahun, Raehoon-ah.”
Raehoon
hanya tersenyum simpul dan membalas dekapan Donghae, membiarkan namja itu
melepas semua kerinduannya.
“Hyuung, ini pemakaman. Jangan melakukan
adegan mesra di tempat seperti ini!”
Suara
dari Kyuhyun yang tentunya hanya bisa didengar oleh Donghae membuatnya
mendecakkan lidah pelan. Dia menatap Kyuhyun dan Hyukjae yang berdiri tepat
didepannya dingin. Sementara kedua makhluk ektoplasma itu tetap tertawa
mengejek dan bahkan bersiul.
Donghae
melepaskan dekapannya, menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kupikir
aku akan pergi sekarang.” Kata Donghae akhirnya, batal sudah niatnya untuk
mencari informasi dari pemakaman.
Raehoon
tersenyum kearah Donghae, menatap mata namja itu dalam. “Kau yakin tidak ingin
berkunjung ke rumahku?”
Donghae
menggeleng. “Sebenarnya, aku sedikit penasaran dengan kasus ini. Aku akan
menyelidikinya tanpa bantuan kepolisian. Mianhae, kali ini mungkin akan
kuselesaikan sendiri.”
“Baiklah,
terserah kau. Tapi, kalau kau butuh bantuan, jangan sungkan meneleponku. Aku
bisa membantumu.” Kata Raehoon.
Dia
memperhatikan setiap langkah Donghae yang mulai menjauhi pemakaman, menuju
mobilnya sampai akhirnya dia benar- benar hilang dari pandangan.
Seulas
senyum tipis tersungging di bibir Raehoon yang terkatup rapat.
Tanpa
ia sadari, sebuah bayangan ektoplasma yang memakai jubah hitam, bertubuh kurus,
dan menyeramkan memperhatikan setiap percakapan mereka. Senyum licik
tersungging di bibir makhluk ektoplasma itu.
Senyum
yang sangat berarti.
TBC==>